Penulis: Adhi Prasetyo Satriyo Wibowo, S.M, M.A.P., C.L.D
Abstrak:
Negara wajib menciptakan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pemerintah
telah merumuskan berbagai kebijakan dan program kerja yang diikuti dengan alokasi anggaran
yang tersebar dalam postur RAPBN TA 2023. Catatan yang menjadi masukan pemerintah guna
mewujudkan ketahanan pangan diantaranya perlunya komitmen dari seluruh stakeholder terkait
dan sinergitas antara Bapanas, Bulog, dan ID Food untuk menciptakan ketahanan pangan serta
meningkatnya kesejahteraan petani, peternak maupun nelayan.
Penulis: FIRLY NUR AGUSTIANI S.E., M.M.,
Abstrak:
BLT Desa merupakan program perlindungan sosial yang diinisiasi pemerintah karena adanya
masyarakat miskin yang terdampak COVID-19, yang mulai disalurkan paling cepat April 2020.
Dalam implementasinya ditemukan beberapa penyimpangan dan kendala terkait data penerima
BLT Desa, penetapan APBDes serta penyaluran BLT Desa. Untuk itu pemerintah harus menyiapkan
solusi dari permasalahan tersebut. Artikel ini akan mengevaluasi Bantuan Langsung Tunai Desa
(BLT Desa) tahun 2020 -2021 sehingga dapat menjadi perbaikan program Pemerintah ke depan.
Penulis: NOVA AULIA BELLA
Abstrak:
Minusnya perekonomian Amerika Serikat selama dua kuartal berturut-turut di tahun 2022
mengindikasikan terjadinya resesi di negara tersebut. Dampaknya dirasakan sampai ke Indonesia
yang mana merupakan salah satu negara mitra dagang Amerika Serikat. Dampak yang dirasakan
Indonesia yaitu diprediksi mengalami penurunan kinerja ekspor, capital outflow modal asing dari
Indonesia, dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Untuk itu, Pemerintah
perlu mengoptimalkan peran pasar dalam negeri serta melakukan bauran kebijakan fiskal dan
moneter untuk memitigasi dampak resesi Amerika Serikat pada perekonomian Indonesia dengan
menyesuaikan tingkat suku bunga dalam negeri dan penajaman insentif fiskal untuk menarik
kembali penanaman modal asing ke Indonesia
Penulis: SAVITRI WULANDARI, S.E.
Abstrak:
Sarana prasarana merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan destinasi pariwisata dalam
menarik perhatian wisatawan. Menyadari hal tersebut, pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Fisik Pariwisata sejak tahun 2016. Berdasarkan hasil evaluasi, nampak bahwa DAK
Fisik Pariwisata telah mampu memengaruhi pembangunan di daerah. Namun demikian, masih
terdapat permasalahan terkait penyerapan anggaran DAK Fisik yang masih rendah. Selain itu,
terdapat juga temuan perencanaan pemerintah pusat dan daerah yang belum sinkron seutuhnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pemerintah diharapkan untuk menelusuri lebih lanjut terkait
permasalahan pengelolaan anggaran DAK Fisik Pariwisata dan memerintahkan Dinas Pariwisata
di daerah untuk meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah dalam menyinergikan
perencanaan pengembangan pariwisata.
Penulis: TIO RIYONO, S.E.
Abstrak:
Pengalokasian Dana Bagi Hasil bertujuan untuk pemerataan antardaerah. Namun beberapa
penelitian menunjukkan Indonesia mengalami fenomena “kutukan sumber daya alam” yang
kemudian dapat menjadi permasalahan pemerataan pembangunan daerah. Daerah penghasil
memiliki indikator IPM yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah non-penghasil. Pemerintah
perlu mendorong dan membina pemerintah daerah agar bersama-sama lebih memperhatikan
dan mengantisipasi risiko eksternalitas negatif pada daerah penghasil DBH SDA. Harapannya,
pembangunan daerah di Indonesia dapat dijalankan secara adil dan merata.
Penulis: ERVITA LULUK ZAHARA, S.E., M.E.
Abstrak:
Salah satu kebijakan dalam mendukung program tersebut dilakukan melalui upaya menurunkan
Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia. Pada tahun 2025, Indonesia memiliki target untuk
dapat mengurangi sampah, termasuk sampah pangan sebesar 30 persen dan juga menargetkan
penanganan sampah mencapai 70 persen. Hasil Kajian Food Loss and Waste (FLW) di Indonesia
yang dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan World Resources Institute
(WRI), Waste4Change, dan United Kingdom-Foreign, Commonwealth and Development Office
(UK-FCDO), ditemukan bahwa dalam kurun tahun 2000-2019 (20 tahun) total emisi timbulan FLW
diestimasikan sebesar 1.702,9 Mt CO2 ek, dengan rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29
persen emisi GRK Indonesia. Kerugian dari timbulan FLW dalam kurun waktu tersebut diestimasikan
sebesar Rp213-551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia. Sampah pangan
pada sisi konsumsi memproduksi karbon terbesar dari seluruh rantai pasok karbon, namun upaya
pengelolaan FLW tetap perlu dilakukan dimulai dari pada tahap penyediaan pangan, produksi,
konsumsi, hingga pasca-konsumsi.
Penulis: SATRIO ARGA EFFENDI, S.E.
Abstrak:
Dalam beberapa tahun terakhir, layanan keuangan digital (fintech) meningkat cukup signifikan.
Terlebih pada saat pandemi Covid-19, transformasi digital dan teknologi menjadi sektor yang
diunggulkan. Pesatnya perkembangan fintech di Indonesia perlu menjadi peluang bagi pemerintah
dalam menangkap potensi yang ditimbulkan oleh sektor fintech, terutama terkait inklusi keuangan.
Industri fintech merupakan salah satu pendorong utama bagi peningkatan inklusi keuangan. Oleh
karena itu, pemerintah perlu mendorong optimalisasi sektor fintech. Namun, ada beberapa hal yang
harus dilakukan pemerintah, seperti meningkatkan literasi keuangan masyarakat, membangun
infrastruktur digital yang merata, serta mengembangkan identitas digital yang terintegrasi, aman,
dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat
Penulis: DAMIA LIANA, S.E.
Abstrak:
Pemerintah bersama dengan DPR RI menyepakati penambahan anggaran subsidi energi pada
APBN 2022 sebesar Rp74,9 triliun. Langkah ini ditempuh pemerintah untuk menjalankan fungsi
APBN sebagai shock absorber dalam jangka pendek. Namun, kebijakan subsidi energi ini dinilai
tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang karena dinilai tidak tepat sasaran dan banyak dinikmati
oleh kalangan menengah atas, sehingga pemerintah perlu solusi selain subsidi energi.
Penulis: RICKA WARDIANINGSIH, SE
Abstrak:
Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perekonomian nasional
dan penghasil devisa negara terbesar Indonesia. Namun hingga saat ini, Indonesia masih hanya
berfokus pada ekspor minyak sawit mentah atau CPO. Padahal, ceruk pasar produk turunan CPO
masih sangat besar, baik pasar domestik maupun pasar global. Oleh karena itu, hilirisasi produk
turunan CPO harus menjadi fokus pemerintah ke depan. Dalam mendorong hilirisasi, keterbatasan
sumber daya manusia dan teknologi, serta produktivitas perkebunan sawit merupakan tantangan
yang harus mampu diselesaikan pemerintah
Penulis: Ade Nurul Aida, S.E., M.E.
Abstrak:
Daya saing digital Indonesia masih tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dari posisi daya
saing digital Indonesia yang jauh tertinggal dibanding negara di dunia, khususnya dengan negara
ASEAN. Padahal di sisi lain, Indonesia memiliki peluang besar dalam mengembangkan ekonomi
digital. Bukanlah hal yang mudah dalam upaya peningkatan daya saing digital, mengingat masih
terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi seperti, sumber daya manusia (SDM), penyediaan
infrastruktur digital, maupun pemanfaatan teknologi digital dalam kegiatan yang produktif. Untuk
itu, perlu adanya percepatan pertumbuhan SDM, percepatan penguatan kesiapan infrastruktur
digital, serta memberikan literasi terkait pemanfaatan internet dalam kegiatan yang lebih bersifat
produktif dan mendorong peningkatan adopsi teknologi digital melalui kolaborasi antarpemangku
kepentingan.
Penulis: OLLANI VABIOLA BANGUN, SIP.,MM
Abstrak:
Penyebaran Covid-19 telah meningkatkan jumlah limbah medis, baik secara nasional maupun
global. Apabila kondisi ini tidak dikelola dengan baik, maka hal ini berpotensi merusak lingkungan
dan memperlambat putusnya penyebaran Covid-19. Dalam upaya pengelolaan limbah di Indonesia,
pemerintah telah berupaya mengelola limbah medis dengan menerbitkan beberapa regulasi. Salah
satunya melalui Surat Edaran Kementerian KLHK Nomor SE.3/MENLHK/PSLB3/PLB.3/2021
Tentang Pengelolaan Limbah B3 dan Sampah dari Penanganan Corona Virus Disease-19
(Covid-19). Namun dalam pelaksanaannya, terdapat berbagai tantangan, di antaranya kapasitas
pengelolaan limbah yang belum memadai, belum semua faskes terdata dalam sistem informasi,
serta minimnya koordinasi lintas sektor
Penulis:
Abstrak:
Beberapa hari silam, sempat terjadi kelangkaan solar bersubsidi. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain adalah disparitas harga yang signifikan antara solar bersubsidi dengan
solar nonsubsidi, penetapan kuota solar bersubsidi tahun ini yang lebih rendah dibanding tahun
lalu, dan lambatnya alur distribusi solar bersubsidi dari terminal BBM. Kelangkaan ini pada akhirnya
berakibat pada kondisi sosial ekonomi masyarakat, baik produsen, konsumen, maupun ekonomi
nasional keseluruhan yang tercermin dari kenaikan inflasi.
Penulis: NADYA AHDA, S.E.
Abstrak:
Pemberlakuan PMK No. 23/PMK.05/2022 sejak 18 Maret 2022 mengimplikasikan adanya
kenaikan tarif pungutan ekspor (PE) bagi produk sawit. Kenaikan tarif PE produk sawit bertujuan
sebagai disinsentif ekspor dalam menghadapi kelangkaan minyak goreng di Indonesia yang masih
terjadi hingga saat ini. Selama beberapa tahun terakhir, berbagai perubahan kebijakan pungutan
ekspor sawit telah coba diberlakukan dan dampaknya terhadap ekspor sawit pun bervariasi. Oleh
karena itu, pemerintah perlu mempertimbangkan, mensimulasi, dan meramalkan faktor-faktor lain
yang memengaruhi ekspor sawit, serta memperhitungkan dan mensimulasi pengaturan komponenkomponen pungutan ekspor (PE) yang lebih detail.
Penulis: DAMIA LIANA, S.E.
Abstrak:
Fitofarmaka dapat menjadi alternatif untuk substitusi dari obat kimia kepada obat herbal,
sehingga ke depannya, Indonesia tidak lagi bergantung pada impor bahan baku obat. Kekayaan
spesies tumbuhan dan sumber daya laut yang dapat diolah untuk obat herbal merupakan modal
bagi Indonesia untuk mengembangkan fitofarmaka. Selain itu, pola konsumsi masyarakat Indonesia
yang masih bergantung pada obat herbal dan juga terbukanya peluang di pasar internasional
merupakan potensi bagi pengembangan fitofarmaka ini. Namun tentunya, pengembangan
fitofarmaka tidaklah semudah yang dibayangkan, dimana masih terdapat tantangan yang masih
harus dihadapi oleh Indonesia, seperti pendanaan penelitian, waktu pengembangan yang lama,
serta pemasaran fitofarmaka
Penulis: RIZA ADITYA SYAFRI, S. AK., M.E.
Abstrak:
Kemandirian fiskal pada pemerintah provinsi (pemprov) dalam beberapa tahun terakhir cenderung
mengalami stagnansi, bahkan menurun. Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) menjadi salah satu faktor penting untuk dapat mendorong peningkatan kemandirian fiskal
pada pemprov. Oleh karenanya, perlu diuji pengaruh dana perimbangan dan jenis belanja daerah
yang merupakan bagian dalam komponen APBD terhadap kemandirian fiskal provinsi. Dana
perimbangan berpengaruh negatif terhadap kemandirian fiskal daerah. Sementara itu, belanja modal
serta belanja barang dan jasa cenderung berpengaruh positif terhadap kemandirian fiskal daerah.
Adapun belanja pegawai cenderung berpengaruh negatif terhadap kemandirian fiskal daerah
Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI, Lantai 6, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp. 021-5715.269 / 5715.635 / 5715.656 - Fax. 021-5715.635