Data Buletin APBN

Vol. II / Edisi 12 - Juli 2017

Penulis: Marihot Nasution, S.E., M.Si.
Abstrak:

Penulis: Martha Carolina, SE.,Ak., M. Ak.
Abstrak:
Sektor industri manufaktur memiliki peranan penting seperti memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ekspor, dan meningkatkan investasi. Untuk mencapai target pertumbuhan industri manufaktur berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019 sebesar 8,38 persen pada tahun 2019 pemerintah perlu melakukan beberapa upaya agar sektor industri manufaktur menjadi sektor andalan yang berdaya saing tinggi seperti menurunkan suku bunga kredit, meningkatkan nilai tambah produk industri manufaktur dalam negeri dengan berinovasi menerapkan teknologi terkini untuk industri perlengkapan dan manufaktur, mengembangkan klaster-klaster industri yang mempunyai daya saing tinggi dan berorientasi pada ekspor, menjadikan sektor industri manufaktur non migas padat karya terutama industri mikro dan industri kecil sebagai prioritas untuk dikembangkan, meningkatkan tingkat kualitas pekerja dengan berbasis kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, mempercepat program hilirisasi agar ketergantungan bahan baku impor semakin kecil, dan membentuk lembaga khusus untuk menangani pembiayaan sektor industri terutama untuk industri hulu dengan suku bunga bersaing, pembiayaan jangka panjang dan proses yang relatif lebih mudah.




Vol. II / Edisi 11 - Juni 2017

Penulis: Robby Alexander Sirait, S.E., M.E., C.L.D
Abstrak:
Mitra dagang Indonesia di kawasan ASEAN adalah Singapura dan Malaysia, dengan komoditas utamanya masih didominasi oleh komoditas minyak dan gas (migas), dengan penguasaan pasar relatif sangat besar. Mengingat migas adalah komoditas yang bersifat terbatas dan tidak dapat diperbaharui, ekspor non migas seperti produksi manufaktur (barang eletronik, bahan kimia, plastik, kertas dan olahan makanan) serta produksi protein hewani dan nabati perlu difokuskan dan diperkuat.




Vol. II / Edisi 10 - Juni 2017

Penulis: Ade Nurul Aida, S.E., M.E.
Abstrak:
Kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan (backlog) kian meningkat. Sementara usaha pemerintah dalam mengurangi backlog dan penyediaan percepatan pembangunan perumahan selama dua tahun terakhir masih belum sesuai dengan target yang diharapkan. Terdapat beberapa kendala yang menjadikan terhambatnya proses percepatan penyedian rumah tersebut, seperti keterbatasan lahan, kurangnya dukungan perizinan/ regulasi , serta dukungan pembiayaan yang belum optimal. Oleh karena itu dibutuhkan sinergitas yang baik antara pemangku kepentingan meliputi pemanfaatan lahan yang menganggur, pembentukan bank tanah, penguatan perizinan maupun regulasi serta dukungan pembiayaan dari perbankan.




Vol. II / Edisi 5 - Maret 2017

Penulis: Slamet Widodo, S.E., M.E.
Abstrak:
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi di tengah-tengah kelesuan ekonomi global, menjadi pertanda masih terus terjaganya produktifitas nasional meskipun sumbangannya masih terus ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Jumlah penduduk memang masih menjadi faktor produksi utama penopang perekonomian Indonesia. Transisi demografi yang hanya terjadi sekali dalam sejarah bangsa menjadi pendorong bagi pentingnya investasi sumberdaya manusia agar dapat mendorong terjadinya transisi ekonomi ke tingkat yang lebih baik. Dalam jangka panjang, investasi sumberdaya manusia membutuhkan perbaikan kualitas pendidikan dan kesehatan dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Namun dalam jangka pendek, diperlukan adanya peningkatan kompetensi untuk menghadapi kompetisi di pasar global dan regional yang semakin nyata.




Vol. II / Edisi 4 - Maret 2017

Penulis: Jesly Yuriaty Panjaitan, S.E., M.M.
Abstrak:

Penulis: Ratna Christianingrum, S.Si., M.Si.
Abstrak:
Investasi yang gencar diupayakan oleh pemerintah sampai saat ini belum berdampak signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Dua tahun terakhir, nilai investasi yang terealisasi justru berbanding terbalik dengan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara pekerja dengan sektor industri. Untuk mengatasi fenomena ketidaksesuaian antara pekerja dengan sektor industri maka perlu kerjasama antara pemerintah dan pelaku industri untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan berbasis keterampilan. Selain itu dalam menghadapi bonus demografi Indonesia pada tahun 2020-2030, pemerintah seharusnya mensinergiskan kegiatan investasi pada sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan serta industri pengolahan (industri manufaktur). Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu menarik investor untuk melakukan investasi di sektor-sektor tersebut.




← Sebelumnya 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Selanjutnya →