Data Buletin APBN

Vol. II / Edisi 2 - Februari 2017

Penulis: Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM.
Abstrak:

Penulis: Adhi Prasetyo Satriyo Wibowo, S.M, M.A.P.
Abstrak:
Usaha Mikro dan Kecil di Indonesia memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. 98 persen perusahaan di Indonesia merupakan usaha mikro dan kecil namun mampu menyumbang 57 persen Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 60 persen tenaga kerja. Pemerintah pada tahun ini menggelontorkan dana Rp110 triliun untuk Kredit Usaha Rakyat dengan target 40 persen tersalurkan ke sektor produktif, naik 17,5 persen dari realisasi tahun 2016. Kenaikan ini diharapkan bisa menjadi sumber penciptaan kesempatan lapangan pekerjaan baru dan pendapatan bagi masyarakat menengah bawah.




Vol. II / Edisi 1 - Januari 2017

Penulis: Adhi Prasetyo Satriyo Wibowo, S.M, M.A.P.
Abstrak:

Penulis: Marihot Nasution, S.E., M.Si.
Abstrak:
Besarnya anggaran pendidikan ternyata belum mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Meskipun beberapa sasaran pembangunan telah tercapai namun masih banyak indikator yang memerlukan perhatian khusus. Beberapa lembaga internasional masih meletakkan pendidikan Indonesia dalam kategori rendah. Hal ini banyak disebabkan karena alokasi belanja yang kurang tepat dalam mendukung naiknya kualitas pendidikan itu sendiri. Besarnya alokasi belanja pendidikan untuk sumber daya pendidik ternyata belum mampu meningkatkan kinerja siswa dalam proses belajar mengajar.




Vol. II / Edisi 13 - Juli 2017

Penulis: Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM.
Abstrak:
Dengan diberikannya predikat investment grade oleh lembaga pemeringkat kredit Standard & Poor (S&P) pada tanggal 19 Mei 2017, maka sudah lengkaplah perolehan predikat layak investasi dari ketiga lembaga pemeringkat terbesar yaitu S&P, Moodys dan Fitch. Predikat ini tentunya memberikan banyak peluang besar bagi perbaikan perekonomian dalam negeri mengingat Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi yang diminati. Namun terdapat beberapa tantangan yang perlu diwaspadai oleh Pemerintah untuk menjaga predikat tersebut, diantaranya status Indonesia yang masih lower-middle income, commodity exporter dan capital importer, ancaman defisit fiskal yang melebar, dan gangguan kondisi politik trutama menghadapi tahun politik tahun 2019. Oleh karenanya Pemerintah tidak boleh terlena dengan euphoria kegembiraan atas hasil yang dicapai tersebut melainkan perlu dituangkan dengan kerja keras untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Penulis: Achmad Wirabrata, S.T., M.M.
Abstrak:
-




Vol. II / Edisi 12 - Juli 2017

Penulis: Marihot Nasution, S.E., M.Si.
Abstrak:

Penulis: Martha Carolina, SE.,Ak., M. Ak.
Abstrak:
Sektor industri manufaktur memiliki peranan penting seperti memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja, meningkatkan ekspor, dan meningkatkan investasi. Untuk mencapai target pertumbuhan industri manufaktur berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019 sebesar 8,38 persen pada tahun 2019 pemerintah perlu melakukan beberapa upaya agar sektor industri manufaktur menjadi sektor andalan yang berdaya saing tinggi seperti menurunkan suku bunga kredit, meningkatkan nilai tambah produk industri manufaktur dalam negeri dengan berinovasi menerapkan teknologi terkini untuk industri perlengkapan dan manufaktur, mengembangkan klaster-klaster industri yang mempunyai daya saing tinggi dan berorientasi pada ekspor, menjadikan sektor industri manufaktur non migas padat karya terutama industri mikro dan industri kecil sebagai prioritas untuk dikembangkan, meningkatkan tingkat kualitas pekerja dengan berbasis kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia usaha, mempercepat program hilirisasi agar ketergantungan bahan baku impor semakin kecil, dan membentuk lembaga khusus untuk menangani pembiayaan sektor industri terutama untuk industri hulu dengan suku bunga bersaing, pembiayaan jangka panjang dan proses yang relatif lebih mudah.




Vol. II / Edisi 11 - Juni 2017

Penulis: Robby Alexander Sirait, S.E., M.E.
Abstrak:
Mitra dagang Indonesia di kawasan ASEAN adalah Singapura dan Malaysia, dengan komoditas utamanya masih didominasi oleh komoditas minyak dan gas (migas), dengan penguasaan pasar relatif sangat besar. Mengingat migas adalah komoditas yang bersifat terbatas dan tidak dapat diperbaharui, ekspor non migas seperti produksi manufaktur (barang eletronik, bahan kimia, plastik, kertas dan olahan makanan) serta produksi protein hewani dan nabati perlu difokuskan dan diperkuat.




← Sebelumnya 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Selanjutnya →