Analisis APBN

Investasi di Daerah dalam Era Desentralisasi / November 2019

Siklus: APBN Induk

Sekilas:
Desentralisasi dalam bingkai negara kesatuan melahirkan tantangan baru bagi Indonesia dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan otnomi daerah yang hanya berhenti pada kemandirian fiskal daerah menjauhkan dari tujuan awal lahirnya otonomi daerah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kekeliruan pemahaman terhadap autonomy is automoney berasal dari belum utuhnya pemahaman pemerintah daerah terhadap tahapan desentralisasi. Keberhasilan desentralisasi yang dipahami saat ini baru hanya sampai pada tahap desentralisasi fiskal, belum mencapai tahap desentralisasi ekonomi yang mengacu kemandirian ekonomi lokal dengan cara memperbaiki daya saing daerahnya.Rendahnya pemahaman makna otonomi daerah serta paradigma autonomy is automoney mengakibatkan peningkatan pungutan liar dan rent seeker baik dari kepala daerah maupun perangkat daerah yang menyebabkan iklim usaha di daerah belum optimal menarik minat investor.




Realisasi Semester dan Prognosis Semester II Tahun 2019 Anggaran Kesehatan Kementerian Kesehatan / Juli 2019

Siklus: Lapsem

Sekilas:
Per 3 Juli 2019, realisasi anggaran Kemenkes semester I tahun 2019 mencapai Rp36,01 triliun atau 61,29 persen dari pagu dalam APBN tahun 2019. Penyerapan anggaran tersebut lebih tinggi 4,63 persen dibandingkan dengan penyerapan pada periode yang sama di tahun 2018 yang sebesar 56,66 persen. Rata-rata penyerapan tertinggi berada di unit Sekretariat Jenderal (Setjen), yaitu sebesar 63,96 persen yang disebabkan oleh adanya pembayaran dimuka untuk program JKN. Sedangkan, rata-rata penyerapan terendah berada di unit Kefarmasian dan Alat Kesehatan(Falmalkes) sebesar 14,34 persen yang disebabkan oleh terlambatnya pengadaan obat dan vaksin (kuartal 3 dan 4). Ada beberapa permasalahan dalam proses penyerapan belanja Kemenkes, antara lain; kurangnya kemampuan penyerapan belanja barang dan modal, kurangnya monitoring dan evaluasi pemanfaatan anggaran, belum optimalnya perencanaan anggaran pembagian kewenangan kantor pusat dan daerah serta kurangnya cakupan sasaran kegiatan dekonsentrasi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka ada beberapa rekomendasi agar capaian penyerapan anggaran Kemenkes lebih optimal yaitu: proses pengadaan barang dan jasa lebih dipercepat, monitoring dan evaluasi pemanfaatan anggaran untuk peningkatan kualitas belanja, perencanaan yang matang pada kantor pusat dan daerah, perluasan cakupan sasaran anggaran dekonsentrasi seperti orientasi dan pelatihan agar pemanfaatan anggaran lebih optimal.




Restitusi Pajak Meningkat, Pemerintah Perlu Waspada / Juli 2019

Siklus: Lapsem

Sekilas:
Pertumbuhan negatif PPN/PPnBM diindikasikan merupakan akibat terbitnya PMK 39/2018 terkait dengan percepatan restitusi pajak. Terdapat tiga alasan penerbitan PMK 39/2018 yaitu peraturan mengenai restutusi pajak sebelumnya terpisah dalam tiga PMK berbeda, waktu pengembalian kelebihan pajak masih lama, dan besaran restitusi PPN yang terus mengalami penurunan dikarenakan proses pemeriksaan yang terlalu lama. Oleh karena itu, penerbitan PMK terbaru ingin menyederhanakan proses pengembalian pajak agar lebih efektif dan efisien. Pada PMK terbaru, kriteria wajib pajak yang akan diberikan fasilitas fiskal berupa percepatan pengembalian restitusi yaitu WP kriteria tertentu, WP persyaratan tertentu, dan Pengusaha Kena Pajak beresiko rendah. Dampak dari kebijakan percepatan restitusi pajak dalam jangka pendek akan berdampak negatif pada penerimaan pajak. Hal tersebut terlihat dari perlambatan pertumbuhan penerimaan pajak, kinerja ekspor yang belum membaik dan denda terlalu tinggi yang dapat memengaruhi kepatuhan pajak. Namun, dalam jangka panjang diharapkan akan memberikan stimulus positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian pemerintah agar kebijakan percepatan pembayaran restitusi pajak optimal, antara lain kebijakan percepatan pembayaran restitusi tidak hanya dipandang sebagai fungsi penerimaan negara saja, namun juga sebagai stimulan untuk pertumbuhan ekonomi, menerapkan pembayaran PPN/PPnBM secara elektronik sehingga meminimalisir restitusi yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya, dan implementasi Automatic Exchange of Informatioan.




Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia dalam Menghadapi Era Ekonomi Digital / Mei 2019

Siklus: Pembicaraan Pendahuluan

Sekilas:
Perkembangan era ekonomi digital yang selaras dengan perkembangan teknologi mulai banyak memberikan perubahan dalam sistem perekonomian, termasuk di dalamnya adalah pasar tenaga kerja yang menunjukkan pergeseran struktur lapangan kerja. Transformasi lapangan kerja dinilai memiliki dua sisi mata pisau; artinya, fenomena ini dapat menjadi ancaman dan memberikan peluang secara bersamaan. Peluang- peluang yang dibawa oleh era ekonomi digital mensyaraktkan permintaan akan digital talent, atau setidaknya high-skilled dan well-prepared workers untuk dapat catch up dengan growth pace era ini.




DAK Sosial Sebagai Optimalisasi Program Bantuan Sosial / Mei 2019

Siklus: Pembicaraan Pendahuluan

Sekilas:
Hadirnya program bantuan sosial di Indonesia diperlukan guna percepatan pengentasan kemiskinan. Saat ini angka kemiskinan telah mencapai level satu digit yang artinya program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah telah "on track". Namun, dalam evaluasinya masih terdapat banyak masalah seperti: 1) Ketepatan sasaran sudah relatif baik meskipun masih ditemui exclusion dan inclusion error; 2) Besaran bantuan dinilai masih sangat kurang oleh masyarakat; 3) Ketepatan waktu penyaluran masih perlu diperbaiki; 4) Mayoritas responden lebih memilih penyaluran bansos secara tunai; 5) Pemanfaatan layanan keuangan untuk pencairan bantuan oleh KPM masih belum optimal.




← Sebelumnya 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya →