Siklus:
Sekilas:
Mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat pada level
tertentu merupakan tujuan akhir dari setiap proses
perencanaan pembangunan yang dijalankan oleh sebuah negara,
tak terkecuali Indonesia. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan idealnya diarahkan untuk mendorong perkembangan
kegiatan atau sektor-sektor ekonomi yang memberikan dampak
yang besar dan signifikan dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara umum.
Untuk Indonesia, salah satu sektor yang perlu didorong
perkembangannya adalah sektor pertanian. Akan tetapi, saat
ini sektor pertanian Indonesia mengalami penurunan kinerja
baik dari sisi kontribusi terhadap PDB, daya serap tenaga
kerja hingga produktivitas yang tetap rendah.
Penurunan kinerja sektor pertanian tersebut tidak dapat
dilepaskan dari kondisi SDM pertanian yang didominasi oleh
petani usia tua dan berpendidikan rendah, alih fungsi lahan
yang cukup masif, ketidakmampuan petani menyediakan benih
dan pupuk yang mumpuni, kelemahan permodalaan, rendahnya
pemanfaatan teknologi hingga pada panjangnya distribusi
pertanian yang menjadi disinsentif bagi petani dalam
meningkatkan produksinya.
Siklus:
Sekilas:
Perbaikan perekonomian global pada semester I 2017 masih belum cukup
untuk
mengembalikan kondisi perekonomian menjadi lebih tinggi lagi
pertumbuhannya. Kondisi ini
juga masih rentan terjadi pelemahan karena masih terdapat beberapa
kawasan yang
bersitegang sehingga akan mempengaruhi makro ekonomi dunia.
Membaiknya perekonomian di Amerika Serikat, kawasan Eropa, Tiongkok,
dan Jepang
berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Semakin
membaiknya
perekonomian Amerika Serikat di sisi lain akan mempengaruhi penguatan
USD terhadap mata
uang lain termasuk Rupiah. Apabila apresiasi USD terus terjadi dan
semakin tinggi nilainya akan
berdampak pada pelemahan nilai tukar Rupiah. Selain itu, inflasi juga
akan meningkat, terutama
untuk produk yang menggunakan bahan pokok impor yang
berdenominasi USD. Peningkatan
harga bahan baku otomatis akan berpengaruh pada peningkatan harga
jual barang tersebut di
dalam negeri. Hal ini akan menyebabkan inflasi akan meningkat.
Perbaikan kondisi perekonomian Amerikat Serikat juga akan berpengaruh
pada capital outflow
yang terjadi di Indonesia terutama dari pasar finansial. Investor akan
lebih memilih berinvestasi
di Amerika Serikat meskipun di Indonesia memiliki nilai riil keuntungan
yang lebih tinggi
sedikit. Hal yang menjadi pertimbangan para investor tersebut adalah
mata uang USD akan
cenderung menguat, sedangkan Rupiah masih masuk kategori soft
currency yang memiliki
kecenderungan melemah.
Dari sisi ICP, masih dipengaruhi oleh harga komoditi global. Selama
belum ada perbaikan
mengenai pembatasan kuota minyak OPEC terhadap negara anggotanya
serta kesepakatan
OPEC dengan negara di luar anggotanya, maka kecenderungan over
supply masih akan terus
berlangsung. Hal ini tentu akan mempengaruhi harga ICP menjadi
menurun. Harga minyak
dunia yang masih rendah berpengaruh pada produksi minyak dalam
negeri. Semakin rendah
harga jual, maka perusahaan minyak cenderung membatasi produksinya
karena antara harga
jual dan biaya produksi tidak sebanding. Begitu pula yang terjadi pada
Lifting gas bumi.
Pemerintah dituntut untuk terus berinovasi di dalam menentukan
kebijakan yang mampu
membangun iklim investasi dalam negeri lebih kondusif. Dari peraturan
perundang-undangan,
penegakkan hukumnya, hingga kemudahan lain sehingga mampu
menarik investor asing
maupun dalam negeri meningkatkan investasinya. Selain itu, koordinasi
antar pihak yang
berwenang untuk menjaga kestabilan ekonomi maupun politik juga harus
lebih ditingkatkan,
sehingga mampu memberikan kepastian bisnis di dalam negeri.
Gedung Sekretariat Jenderal DPR RI, Lantai 6, Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat 10270. Telp. 021-5715.269 / 5715.635 / 5715.656 - Fax. 021-5715.635